Perspektif Teori Organisasi dan Manajemen Komunikasi
Chapter 1 – Why study organization theory?
Organization Theory: Modern, Symbolic and Postmodern Perspective
oleh Mary Jo Hatch dan Ann L. Cunliffe
Apa itu teori?
Kurt Lewin pernah berkata, ‘Tidak ada yang lebih praktikal melainkan teori yang bagus.” Para praktisi menemukan bahwa dengan menganut teori organisasi memperbesar kemungkinan mereka untuk menjadi eksekutif sukses dalam bisnis, pemerintahan, atau organisasi nirlaba.
Kamus Inggris Oxford mendefinisikan teori sebagai ruang pengetahuan abstrak. Mudahnya, teori menawarkan panduan praktikal.
Dalam bidang komunikasi, teori organisasi bermanfaat untuk mendesain sistem komunikasi, seseorang yang ahli dalam bidang komunikasi perusahaan harus sensitif dalam menginterpretasikan proses para pekerja dan pemangku kepentingan perusahaan. Teori organisasi membantu mereka memahami bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungannya, sehingga informasi dan pengetahun dapat diajarkan ke yang lain.
Definisi teori, fenomena, konsep, dan abstraksi
Teori adalah seperangkat konsep yang hubungan yang menawarkan penjelasan, pemahaman, atau apresiasi terhadap fenomena tertentu. Konsep menyediakan kategori untuk kita mengurutkan, mengatur, dan menyimpan ide dalam memori. Konsep dibentuk oleh abstraksi.
Chunking and generability
Dalam laju proses dan pengetahuan komunikasi yang cepat ini, abstraksi memungkinkan kita untuk menggabungkan banyak pengetahuan menjadi satu konsep besar sehingga kita bisa memprosesnya dengan efisien. Pentingnya proses efisiensi dalam fenomena kognitif ini dikenal sebagai chunking.
Tantangan dalam teorisasi
Kamus Inggris Oxford mendefinisikan “pembuat teori” sebagai seseorang yang berkembang atau memanjakan diri dalam teori. Baik sebagai perkembangan atau pemanjaan diri, dalam teorisasi dibutuhkan perubahan. Konsep yang kita bangun selama kita mempelajari teori organisasi kemungkinan besar akan diajarkan pada kita bahkan sebelum kita dapat mengeksplor ‘kekayaan’ konsep tersebut. Para pembuat teori organisasi secara konstan menemukan cara baru untuk mengapresiasi, memahami, dan menjelaskan organisasi.
Perspektif
Perspektif teoritikal: modern, simbolik, dan postmodern.
Perspektif normatif berarti mendefinisikan teori berdasarkan aplikasi praktikalnya. Normatif berarti menilai suatu fenomena berdasar standar ideal atau bagaimana seharusnya suatu model berjalan. Kini perspektif normatif dicontohkan dengan best practices dan benchmarking.
Normatif teori atas best practice dan benchmarking mengajukan metode atau teknik untuk mencapai kesuksesan suatu organisasi. Bahaya dari hal ini adalah mengasumsikan bahwa kesuksesan suatu organisasi dapat ditransfer ke organisasi lainnya.
Perspektif modern fokus pada penjelasan sebab-akibat, yang memerlukan penjelasan anteseden dan konsekuensi atas fenomena yang berlaku. Metode ini sering mengandalkan pada itungan matematis. Contoh pertanyaan dalam perspektif ini adalah: “Bagaimana teknologi suatu organisasi mempengaruhi hubungan antara struktur dan performa organisasi?”
Perspektif simbolik berarti menempatkan diri dalam situasi yang ingin dipahami dan diteliti -bagaimana interaksi dan interpretasi suatu fenomena. Metode kualitatif etnografi paling populer dalam hal ini.
Perspektif posmodern menyajikan kritik dan apresiasi dalam bentuk lain. Fenomena utama posmodern biasanya adalah praktek manajemen modern. Para pemikir posmodern gemar menunjukkan bahwa teoritis organisasi modernis sering kali tidak kritis dalam mengadopsi perspektif dan kepentingan manajer, sehingga merugikan karyawan tingkat rendah, masyarakat, atau lingkungan. Postmodernis menawarkan penghargaan, baik sebagai alternatif untuk penjelasan dan pemahaman, dan untuk memprovokasi reflektivitas dan kesadaran yang lebih besar tentang implikasi moral dan etika dari mengelola, mengorganisir, dan berteori dari perspektif manapun. Dengan mempromosikan apresiasi kekuasaan dan penggunaannya serta penyalahgunaannya, mereka berharap dapat menginspirasi emansipasi dari dominasi praktek organisasi modernis seperti hierarki. Pekerjaan mereka dibangun akan empati emosional dan penghargaan estetika untuk meningkatkan resistensi terhadap pembatasan kebebasan manusia.
Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari asumsi tentang keberadaan dan definisi realitas. Epistemologi mempelajari bagaimana kita mengetahui dan apa yang dianggap sebagai pengetahuan.
Perspektif Modern Simbolik | Perspektif Simbolik | ||
Ontologi | Objektifisme – percaya pada realitas eksternal yang berdiri secara independen dengan pengetahuan di dalamnya; dunia ada sebagai objek independen yang menunggu untuk dipelajari. | Subjektifisme – percaya bahwa kita tidak dapat mengetahui realitas eksternal atau objektif tanpa kesadaran subjektif. | Posmodernisme – percaya bahwa tak ada satupun hal nyata yang terpisah dari bagaimana hal tersebut diekspresikan (ucapan, tulisan, dsb); dunia dibuat untuk hadir dalam bahasa, diskursus, hasil seni tanpa referensi karena tak ada yang dapat dijadikan referensi. |
Epistemologi | Positivisme – percaya bahwa kebenaran dapat diketahui melalui konsep yang valid dan pengukuran yang reliable, sehingga dapat diuji dalam dunia pengetahuan yang objektif; pengetahuan akumulatif, memungkinkan manusia untuk berprogres dan berkembang. | Interpretivisme – percaya bahwa kebenaran itu relatif, tergantung pada yang mengetahui dan hanya dapat dipahami dari sudut pandang individu yang terlibat langsung; kebenaran merupakan konstruksi sosial melalui beberapa interpretasi subjek akan pengetahuan, maka dari itu mereka dan kebenaran mereka dikonstruksi ulang dan berubah seiring waktu | Posmodernisme – percaya bahwa karena tidak ada satupun realitas independen, maka tidak ada kebenaran. Kebenaran adalah konsep kosong, maka dari itu tidak ada fakta; yang ada hanya interpretasi dan terjemahan. Oleh karenanya, klaim akan suatu ilmu atau pengetahuan hanyalah permainan kekuasaan. |
Organisasi adalah… | Entitas nyata yang beroperasi secara objektif; ketika didesain dan di-manage dengan baik, organisasi adalah sistem pengambilan keputusan dan aksi berdasarkan norma dan rasionalitas, efisiensi, dan efektifitas menuju suatu kondisi. | Konteks yang terus menerus dikonstruksi dan dikonstruksi ulang oleh anggota-anggotanya melalui interaksi simbolik; realitas konstruksi sosial yang memungkinkan adanya ikatan emosi dan koneksi simbolik antar anggotanya. | Situs untuk melakukan relasi kuasa, memungkinkan adanya opresi, irasionalitas, dan kepalsuan namun juga ironi yang humoris; baik itu teks atau drama, kita dapat membentuk ulang organisasi agar terjadinya emansipasi manusia dari kebodohan dan penurunan nilai. |
Fokus dalam teori organisasi | Mengungkap prinsip universal dan hukum yang mengatur organisasi, definisi teori dan menjelaskannya, mengembangkan metode untuk uji teori dan implikasinya, penekanan pada struktur, aturan, standarisasi, dan kegiatan. | Mendeskripsikan bagaimana hidup dalam konteks organisasi dalam ritual dan aktifitas penuh makna untuk mencapai atau memproduksi pemahaman bagaimana organisasi terjadi, interpretasi simbol untuk mengungkap budaya organisasi melalui asumsi, nilai artefak, dan praktek. | Mengapresiasi dan/atau mendekonstruksi teks organisasi untuk mengungkap ideologi manajerial dan mengacaukan mode modernis dalam berorganisasi dan berteori; sering menggunakan sudut pandang marjinal dan yang teropresi. |
Review
Dari bab ini, penulis memahami bahwa tiap individu memiliki alasan masing-masing dalam mempelajari teori organisasi. Teori organisasi terus mengalami perubahan. Dalam teori organisasi, terdapat berbagai perspektif yang dapat digunakan untuk meneliti suatu organisasi. Sudut pandang, pertanyaan penelitian, dan pemahaman akan bagaimana suatu organisasi bekerja amat dipengaruhi dalam penentuan perspektif yang digunakan.
Bagaimana Review “Why study organization theory?