Masters Semester 1

Media Studies (Texts, Production, Context) – Paul Long dan Tim Wall Chapter 8 – Producing Audiences: What do Media do to People? Chapter 9 – Investigating audiences: what do people do with media?

Tugas Kelompok Kajian Media

 

Media Studies (Texts, Production, Context) – Paul Long dan Tim Wall

Chapter 8 –  Producing Audiences: What do Media do to People?

Chapter 9 – Investigating audiences: what do people do with media?

Oleh:

Caroline Claudia Christy – 180165624

Gina Aulia Taqwa – 1806252643

Novan Choirul Umam – 1806252776

Svaradiva Anurdea Devi – 1806166330

 

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN KOMUNIKASI

2018

 

(Materi Novan)

Apa itu Audiens ?

Audiens dapat didefinisikan sebagai individu-individu yang diidentifikasikan dan variabel yang dialamatkan, sebagai kelompok dan sebagai individu, oleh organ-organ komunikasi media massa. Media perlu memikirkan output mereka agar memiliki kualitas tayangan yang masuk akal. Ini menjadi suatu syarat khusus agar suatu media dapat dinikmati oleh para audiens. Selain itu, keterlibatan para audiens ini bisa menjadi daya tarik sendiri bagi mereka. Bagaimana caranya agar media yang kita ciptakan mampu membuat perasaan para audiens seakan-akan mereka terlibat dengan produk media yang diciptakan.

Output dan Konsumsi Media

Banyak cara mengartikan sebuah output media beberapa diantaranya dengan mengartika output media dari sisi arti makna, nilai ekonomi dan properti fisik. Walau yang berkaitan dengan ekonomi biasanya menarik perhatian lebih dari para ilmuan untuk dapat diteliti. Bagaimana hubungan yang terjalin antara output media yang dihasilkan dengan biaya yang telah dihabiskan dalam proses pembuatannya. Di lain sisi, ternyata pemaknaan pada sebuah output media juga penting untuk diketahui. Karena biasanya output media mampu menjadi sebuah candu atau kebiasaan yang sering dilakukan oleh audiens.

Perbedaan Bagaimana Organisasi Media dan Pakar Media Menghasilkan Penonton

Audiens atau penonton bagi Organisasi Media adalah nyawa, keberadaan audiens begitu penting bagi organisasi media. Untuk itu, organisasi media menciptakan sebuah output media ke dalam banyak kategori, mereka membagi-bagi output mereka berdasar pada target penonton yang mereka inginkan. Oleh sebab itu, organisasi media tidak melihat audiens sebagai individu, tapi sebagai beberapa kelompok tertentu. Dengan output media yang dihasilkan, mereka akhirnya mampu mengarahkan, mengendalikan dan ‘menjual’ audiens untuk kepentingan organisasi media. Sedangkan para ilmuwan melihat bahwa makna dari sebuah output media untuk melihat karakteristik audiens itu bagaimana. Lalu melihat bagaimana makna sebuah output media dapat mempengaruhi audiens.

Propaganda dan Memanipulasi Audiens

Propaganda adalah hal yang disengaja untuk memanipulasi informasi atau ide guna mencapai sebuah tujuan yang bersifat politik atau sosial. Beberapa teknik propaganda atau manipulasi yang dilakukan adalah penyensoran, keterangan yang salah atau secara langsung dan sengaja memberikan sebuah kebohongan. Media lantas menjadi sebuah alat untuk menyebarkan propaganda. Keberhasilan ini banyak ditunjukkan pada masa-masa perang dulu, seperti apa yang dilakukan Adolf Hitler.

Melihat bagaimana media menghasilakn sebuah output hingga beujung pada sebuah tindakan propaganda, penting bagi para ilmuwan untuk meneliti bagaimana fenomena output media dan pengaruhnya terhadap khalayak. Untuk itu maka lahirlah sebuah cabang Ilmu Komunikasi yang berfokus pada Kajian Media.

Efek Media dan Kepanikan Moral

Kepanikan Moral merupakan sebuah konsep yang menunjukkan bagaimana pengaruh sebuah output media yang berdampak terhadap hampir segala lini kehidupan masyrakat. Bahkan efek media dapat menyerang nilai-nilai yang selama ini masyarakat anut, seperti norma, kebudayaan hingga adat istiadat. Media juga turut berperan untuk memerangi efek yang mereka hasilkan, dengan cara memproduksi sebuah output media yang mampu menetralisir kepanikan yang terjadi akibat dari output yang juga mereka keluarkan. Arahan kepentingan yang sering terjadi pada sebuah output media harus dibarengi dengan kontrol sosial yang direkomendasikan, diproduksi dan dilaksanakan.

(Claudia)

Dari Efek ke Pengaruh

Asumsi di balik pendekatan ini sangat mengandaikan ide berbeda tentang ‘efek’, jika dibandingkan dengan yang tampaknya dapat diukur antara gagasan sebelum dan sesudah tentang perubahan perilaku dalam menghadapi teks-teks media. Di seperti pekerjaan, bentuk media menyediakan fungsi sosial, untuk mereproduksi cara dunia adalah, urutannya, dan dalam melakukan hal itu, sebagaimana para ahli teori ini berdebat, mereka membantu dalam pemeliharaan yang lebih luas dari ketidaksetaraan sosial.

Yang menarik, pada versi media ini memiliki pengaruh atau berperilaku atas pengaruh kuat yang menghadirkan penonton sebagai objek media yang sangat tidak berdaya. Di sini, berbagai media telah disalahkan untuk mendorong perilaku ‘antisosial’ dalam jangka pendek dan, dalam jangka panjang, merongrong nilai-nilai sosial tradisional dan cara hidup, seperti keluarga terorganisir di sekitar pernikahan, heteroseksualitas dan menghormati otoritas.

Cont. Tayangan televisi yang banyak mengeksploitasi kekerasan, seksual termasuk juga konten video game memicu banyaknya kasus pelecehan seksual dan kekerasan pada remaja bahkan pada keluarga sebagai akibat pengaruh tayangan tersebut.

Terdapat ketidakjelasan terhadap kekhawatiran terhadap teknologi, konten atau kelemahan moral para produsen atau ketiganya. Argumen dari audiens yang mengeluh tentang konten media, keberatan dengan penggambaran seks dan kekerasan,penggunaan senonoh dan sebagainya, beranggapan bahwa televisi dapat dimatikan atau berakhir dengan alasan adanya kemungkinan jangkauan media sampai ke ranah pribadi dan menanamkan nilai umum.

Mengidentifikasi aktivitas audiens

Salah satu dorongan dari penelitian khalayak didasarkan atas kecurigaan intelektual lembaga dan bentuk media massa di Indonesia konteks gerakan sosial dan politik massa – fasisme dan komunisme. Peneliti dalam hal ini tradisi datang untuk memahami model media ‘efek terbatas’ pengaruh, menyoroti pentingnya (dan mengabaikan) faktor-faktor seperti sosial dan konteks budaya dalam bentuk media terkait dengan kehidupan individu.

Media massa memberi orang-orang apa yang mereka inginkan dan penonton, pendengar dan pembaca menentukan konten media melalui pilihan yang diambil dari apa yang mereka baca, lihat atau dengarkan. Terlepas apakah ini merupakan karakterisasi yang valid terhadap peran massa dalam hubungan dengan media, itu hanyalah busur dari penalaran melingkar, kecuali ada bukti independen dari apa yang orang-orang inginkan. Khususnya terdapat kebutuhan signifikan untuk mengetahui apa yang dilakukan orang dengan media, apa kegunaan yang dibuat dari apa yang diberikan media saat ini, kepuasan apa yang mereka nikmati, dan pada bagian apa media memiliki peran dalam kehidupan pribadi mereka

Kategori untuk merincikan penggunaan dan gratifikasi yang ingin dicapai audiens:

  1.   Pengawasan (Surveillance)

Penggunaan media berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan – untuk memahami apa yang sedang terjadi di dunia di sekitar penonton anggota – ‘kami’. Di satu sisi, kebutuhan akan pengetahuan ini dapat dipenuhi oleh konsumsi bentuk-bentuk urusan saat ini dan aktualitas media – surat kabar, buletin berita, dokumenter dan sebagainya. Hal ini tentu saja berhubungan dengan konsumsi akan skandal selebriti yang dibuat paparazzi di surat kabar dan majalah namun juga untuk mengikuti  tangga lagu pop, jalan cerita opera sabun atau gossip.

  1.   Identitas Personal (Personal Identity)

Mengacu pada cara di mana media berperan dalam mendefinisikan kita (sebagai audiens). Isu mengenai rasa memiliki peranan penting menentukan bagaimana pilihan kita mencerminkan preferensi kita terhadap informasi, kesenangan dan sebagainya, sekaligus mempertegas “siapa” kita.

  1.   Hubungan Personal (Personal Relationship)

Bentuk media dapat digunakan sebagai dasar cara bertindak pada situasi personal. Misalnya, lagu-lagu pop dapat mengajarkan kita tentang aturan dan ritual romansa dan drama remaja tentang gambaran kehidupan remaja . Pengetahuan dan konsumsi jenis media tertentu dapat membuka pintu hubungan pada kehidupan pribadi, termasuk bergabung dengan komunitas penggemar film, music, atau game

  1.   Ide ‘pengalihan’

Berkaitan dengan gagasan pelarian yang sangat familiar,fantasi, relaksasi, dan sebagainya yang dapat ditemukan di sekitar penggunaan media. Alasan utama mendengarkan musik selain sebagai bentuk  kesenangan atau memungkinkan berupa keinginan untuk melarikan diri dari kehidupan sehari-hari. Aspek pengalihan ini juga dapat dirasakan individu yang seolah menikmati ketakutan oleh film horor, membunuh alien di video game fantasi dan mengalami perasaan gairah seksual melalui pornografi.

Pendekatan penggunaan & gratifikasi ini membuka pertanyaan tentang pluralitas penafsiran audiens, mengakui dan memberi mereka beberapa ruang untuk kekuasaan dan penentuan nasib sendiri. Namun, pendekatan gratifikasi juga menimbulkan beberapa kritik, bahkan saat itu terus menginformasikan aspek penelitian media, khususnya dalam menanggapi pertanyaan tentang integrasi media baru ke dalam kehidupan individu.

Salah satu kritik, misalnya, terletak pada fungsionalisme dan individualisme sangatyang menggunakan dan penelitian gratifikasi mengeksplorasi, yang sangat bergantung pada asumsi tentang dan anggapan kepribadian anggota pendengar dan psikologi. Disarankan bahwa penggunaannya dan pendekatan gratifikasi terbatas karena tidak memperhatikan sosial dan perspektif budaya yang mungkin memiliki beberapa pengaruh, dan pengkondisian, semua kategori tersebut dieksplorasi. Sebagai tambahan, kritik terhadap penggunaan dan gratifikasi menunjukkan bahwa dibutuhkan pandangan konsumeris tentang penggunaan media, di mana, seperti membeli kacang di supermarket, individu memilih produk media yang memenuhi kebutuhan mereka, dan itulah yang terjadi secara bergantian berorientasi pada tujuan dan tidak kritis terhadap produk yang sebenarnya ditawarkan.

Menemukan audiens: media, konteks dan artinya

Faktor-faktor yang dapat menjadi pertimbangan jika ingin mencari tahu apa yang membuat penonton menjadi khalayak adalah cara mereka memahami makna media dan bagaimana media menjadi bagian dari kehidupan mereka; atau cara di mana bentuk media seringkali relatif tidak menyentuh pokok dan lemah.

Genre adalah cara yang sangat berharga untuk mengatur makna dan khalayak bagi para produsen, dan juga pentingnya bagi penonton dalam mengenali apa yang diketahui terhadap kesenangannya. Para ahli teori media juga telah menjelajahi cara di mana genre memiliki kualitas khusus ‘gender’. Aspek musik pop, film, TV, radio, surat kabar dan majalah, sebagai produk media hanya difokuskan pada kualitas gender. Produk media tidak hanya diarahkan pada wanita sebagai khalayak tertentu tetapi konten dan bentuk itu, serta aspek pengiriman dan distribusi, disesuaikan dengan sifat kehidupan perempuan, peran sosial dan budaya yang lebih luas harapan atau konvensi dan konotasi feminitas.

Cont. Acara demo memasak, acara dakwah untuk perempuan serta acara gossip dijadwalkan pagi hingga siang hari menyesuaikan waktu luang ibu rumah tangga sebagai sasaran media tersebut. Sedangkan acara sinetron atau drama dijadwalkan dari siang hari dan petang dengan beragam karakteristik dan bentuk sinteron yang disesuaikan dengan karakter wanita yang menjadi penontonnya.

Opera sabun atau sinetron memiliki alur cerita berulang yang tidak memiliki ujung berfokus pada romansa dan jalinan hubungan personal yang rumit dengan asumsi audiens utama adalah perempuan yang seringkali dinilai sebagai media yang bernilai rendah. Brunsdon (2000) menguraikan bagaimana feminis menganggap opera sabun/sinetron, sebagai tipikal Genre wanita. Berdasarkan kesenangan yang diekspresikan oleh penonton perempuan dalam menghadapi penderitaan karakter wanita, yang disebabkan oleh pria, keluarga, persahabatan dan kehidupan secara umum, genre tersebut telah pulih dari negativitasnya karena menawarkan konten positif dan kesenangan progresif di mana kompetensi feminin diakui.

 

(materi Gina)

Subcultures and Fandom (Cabang Kebudayaan dan Fandom)

Subculture dan Fandom memberikan gagasan kepada kita tentang media yang digunakan di antara grup-grup dan individual untuk siapa bentuk-bentuk media tertentu lebih dari sesuatu yang dangkal, dan untuk siapa cara konsumsi media memiliki peran yang menentukan dan aktif secara sadar dalam identitas mereka.

Subculture sudah terbukti penting dalam mengidentifikasi cara-cara anak muda tertentu merespon kepada perubahan sosial dan aspek-aspek dari media massa dalam budaya konsumen modern sejak perang dunia kedua. Tanda-tanda subculture, pakaian-pakaian, preferensi music, aktifitas seperti tarian, bahasa dan lainnya, diubah menjadi objek yang diproduksi secara masal.

Fan’ diperoleh dari kata fanatic, sebuah istilah yang menjadi panduan cara dominan yang sudah dilihat oleh seorang individu. Jika dihubungkan dengan ‘subculture’, ‘fan’ tidak selalu berhubungan dengan media massa, tapi seseorang dapat menjadi ‘fan’ akan apapun. Jika ditelaah lebih lanjut, fan adalah sebuah cara dalam mengkonsumsi media dalam isi setiap relasi yang memungkinkan dan dinamis.

Aktivitas fan melebar menjadi mengorganisir klub fan, pertemuan-pertemuan, memproduksi fanzines (majalah fan), film  amatir fan, t-shirt dan artefak media lainnya. Hal-hal ini didistribusikan lewat internet. Dalam identitas bentukan ini, rasa kepemilikan dan makna yang dibagikan, fandom dibandingkan dengan subculture, pendekatan disesuaikan dengan fandom masing-masing dan menjadikannya sebagai identitas diri sendiri. Fandom telah memberikan keuntungan digitalisasi dan penciptaan internet. Menyediakan sumber-sumber yang banyak untuk para peneliti yang tertarik membicarakan tentang aktivitas penonton.

Media Baru, Studi Media Baru

Media baru menciptakan kesempatan baru untuk para fans menciptakan dan membagikan interpretasi mereka dari teks media. Kita dapat menspekulasikan bahwa sifat alami dari penonton adalah merubah, dengan kata lain para pengguna menghasilkan cara baru untuk menjadi konsumen media. Hal ini penting untuk kita sadari bagaimana orang-orang menggunakan media baru dan ide apa yang akan berpotensial untuk proyek penelitian selanjutnya.

Komunitas virtual adalah sebuah grup yang dapat atau tidak dapat bertemu secara tatap muka, serta menukarkan makna dan ide-ide lewat media computer bulletin boards (forum diskusi) dan jaringan. Selain forum diskusi bisa juga melalui newsgroups, blog, chat room serta lewat game online.  Agar pelaksanaan komunitas online berjalan dengan baik, maka dibutuhkan kode etik yang berasal dari interaksi dunia nyata. Mereka memiliki peraturan-peraturan nyata agar komunitas tersebut dapat terbentuk dengan benar. Walaupun memiliki peraturan seperti ini, komunitas virtual dapat membebaskan, memberdayakan dan demokratis bagi para anggotanya. Mereka juga memiliki pemimpin yang secara aktif menyaring komen atau topik-topik pembicaraan yang tidak baik.

(materi Diva)

Riset Studi Media

Metodologi

Metode merupakan pelabelan teknik terorganisir dan proses sistemik yang kita jalankan dalam penelitian ini.

Kuisioner dan wawancara

Kuisioner atau survey merupakan salah satu metode riset audiens yang sering digunakan. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menjangkau sampel atau responden dalam jumlah besar. Namun sesuatu yang baik dalam hal kuantitas dapat memiliki kekurangan dalam hal kualitas, karena kuisioner merupakan alat yang cukup tumpul.

Kuisioner baik digunakan untuk menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang tegas, yang dapat dijawab secara cepat dan ringkas oleh responden. Opsi pilihan jawaban atau sistem rating sering digunakan dalam kuisioner.

Bertrand dan Hughes (2004) mengidentifikasi empat cara penggunaan kuisioner yang tepat dalam riset audiens media, yakni survey demografik (usia, etnis, gender, dsb); survey rating (siapa menonton apa); survey sikap dan opini; dan survey perilaku (siapa melakukan apa, ke mana, dsb),

Pertanyaan yang disajikan harus disusun dengan hati-hati guna menghindari kekeliruan antara pewawancara dan responden. Pertanyaan tertutup cenderung lebih mudah digunakan karena respon jawaban yang terbatas sehingga lebih mudah untuk dianalisis. Pertanyaan tertutup hanya memberikan opsi “iya”, “tidak”, atau identifikasi sederhana lainnya seperti “Berapa majalah yang kamu baca dalam seminggu?”.

Pertanyaan berakhiran terbuka juga dapat berhasil meski membutuhkan elaborasi dan refleksi. Data yang terkumpul lebih bervariasi dan sulit disatukan.

Kuisioner memungkinkan peneliti mengenali individu yang bersedia diwawancara lebih lanjut, atau berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

Keuntungan dalam melakukan wawancara adalah orang-orang dapat menceritakan hal-hal terkait dirinya sendiri. Metode ini amat berharga dalam mengeksplorasi perasaan dan reaksi seseorang terhadap sesuatu.

Wawancara bisa tidak terstruktur dan bebas dalam menanggapi keadaan interaksi pewawancara dan orang yang diwawancara. Wawancara yang terstruktur sepenuhnya sering dilakukan untuk riset pasar, wawancara kerja, dan survey kerja lainnya.

Ketika mengidentifikasi siapa yang dapat diwawancara, penting bagi peneliti untuk menentukan apakah yang diwawancara itu aktor atau informan. Aktor terlibat langsung dengan aktifitas yang diteliti; informan tidak, namun memiliki informasi yang mungkin berguna.

 

Focus Groups

Focus Groups merupakan sebuah wawancara berkelompok di mana peneliti dapat bertanya terhadap beberapa orang terkait topik riset. Metode ini memungkinkan terjadinya percakapan antar anggota grup terkait topik tersebut. Metode ini sebaiknya dilakukan antara enam hingga delapan partisipan. Jika lebih dari itu, akan sulit untuk dimoderasi, dan jika lebih sedikir akan sulit untuk memunculkan percakapan.

 

Etnografi

Metode ini memungkinkan peneliti berusaha memasuki suatu budaya atau cara hidup kelompok tertentu dan memberikan pemahaman atas makna dan aktifitas mereka. Hasil penelitian etnografi didapatkan dengan mengobservasi bagaimana orang berinteraksi satu sama lain, juga dengan wawancara terkait budaya kelompok. Laporan penelitian etnografi biasanya mengandung unsur kutipan verbatim, biografi, dan studi kasus.

 

Ketika akan melakukan penelitian etnografi, kita harus mempertanyakan beberapa hal: siapa yang menulis, tentang siapa, dari sisi apa, dan dalam keadaan apa? Pertanyaan-pertanyaan ini memungkinkan penelitian etnografi kita. Apakah kita benar-benar netral atau justru pihak yang berkepentingan?

 

Etika dan Riset Audiens

Etika merujuk pada prinsip-prinsip moral yang mendefinisikan dan menjadi panduan yang diterima sesuai standar perilaku. Di Inggris, satu badan bertanggung jawab dalam memberikan panduan terkait riset media yakni Economic and Social Research Council (ESRC). Berikut beberapa hal yang diatur oleh ESRC: partisipan riset harus berpartisipasi secara sukarela tanpa paksaan; kekerasan terhadap partisipan riset harus dihindari; kerahasiaan informasi yang disediakan oleh subjek penelitian dan anonimitas responden harus dihormati.

You may also like...

1 Comment

  1. apa Perbedaan Bagaimana Organisasi Media dan Pakar Media Menghasilkan Penonton?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *