Sore hari, pukul 16.00 WIB, di kawasan Jalan Layang Ciputat.
Sore itu terasa sangat panas, apalagi daerah Ciputat, panasnya seperti di Gurun Sahara. Jalanan terlihat sangat ramai, bahkan macet, namanya juga jam pulang sekolah dan pulang kantor, kendaraan berseliweran di mana-mana, mulai dari becak, motor, mobil, angkot, truk, duuuh semrawut sekali Ciputat.
Di tengah hiruk pikuk itu, berdirilah seorang anak perempuan bernama lengkap Svaradiva Anurdea Devi, ya…itu aku! Kalian bisa memanggilku Diva.Aku baru pulang sekolah dari SMA ku di daerah Bulungan, Jakarta Selatan. Baru saja aku turun dari angkot jurusan Lebak Bulus-Ciputat berwarna putih dan sekarang sedang menunggu teman ku yang berencana untuk pulang bareng aku. Lumayan lah, dia naik motor, jadi aku tidak usah capek-capek naik angkot lagi, lalu jalan kaki ke dalam komplek.
Sudah menunggu dan berdiri di pinggir jalan sekitar 15 menit, membuat kaki ku semakin pegal. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya aku mengirim pesan singkat (sms) kepada teman ku yang mengatakan aku akan naik angkot saja kalau dia masih lama, tapi rupanya teman ku membalas kalau dia sudah mau sampai dan menyuruh ku untuk menunggu di dekat alfamart. Asal kalian tahu ya, jarak dari Ramayana Ciputat ke alfamart itu lumayan jauh, dan aku sudah berdiri cukup lama serta cuaca juga sangat panas, membuat aku sangat malas sekali untuk berjalan kaki kesana. Tapi ujung-ujungnya kulakukan juga sambil berucap dalam hati, “Gapapa lah jalan kaki sedikit, Div, daripada nanti mesti naik angkot trus jalan kaki lagi ke dalem komplek.”.
Sesampainya di alfamart, temanku juga baru saja sampai di sana. Aku menanyakan kenapa dia lama sekali sampainya, dan dia menjawab kalau tadi ada urusan dulu di sekolah. Ya sudalah, yang penting dia sudah sampai. Lalu kami langsung pulang, nah di sini lah lucunya. Saat aku mau menaiki motor temanku, barang bawaanku sangat ribet dan berat, serta aku mengenakan rok panjang yang tentunya membuat diriku semakin sulit untuk menaiki motor tersebut. Akhirnya aku mengangkat rok-ku dan sedikit “ngangkang” saat mau menaiki motor tersebut, tetapi tiba-tiba…motor teman ku langsung jalan! Tentulah aku terjatuh dan orang-orang sekitar pun menertawakan diriku, dan yang lebih anehnya lagi, teman ku tidak sadar kalau aku terjatuh dan dia tetap jalan! Aku berlarian dan teriak-teriak memanggil dirinya, tetapi ia tidak sadar. Aku terus berlari sampai pom bensin di pertigaan, yang jaraknya lumayan jauh sekitar 500 meter dari tempat aku terjatuh tadi. Setelah lelah mengejar teman ku (yang tidak sadar juga kalau aku terjatuh dan tertinggal), akhirnya aku diam dan memutuskan untuk pulang naik angkot saja. Rasanya dongkol sekali dalam hati, sudah capek-capek menunggu, jalan kaki, eh ujung-ujungnya harus naik angkot juga! Nasib..nasib..kenapa begini amat sih?
Saat aku sudah siap mau memberhentikan angkot dengan jari telunjuk (hebat, bukan?) tiba-tiba temanku muncul dengan motornya dari arah berlawanan! (Wow nasib..ada apa dengan dirimu?) Sesampainya temanku di dekat aku, dia langsung bertanya, “Kamu jatoh?”, aaarrrggghhh rasanya aku sudah malas sekali menjawab pertanyaan itu, dan ujung-ujungnya aku jawab dengan muka suram dan nada bete “JATOH?! Mending jatoh, aku bahkan belom naik sama sekali!” Lalu dia tertawa terpingkal-pingkal.Sungguh kurang ajar sekali…temannya terkena musibah kok dia malah ketawa-ketawa. Trus aku nanya, “Emang kamu engga nyadar gitu aku belom naik?” dan dia menjawab, “Engga, habis kamu naik sama engga sama aja sih beratnya hahahahaha.” Sungguh terlalu…
Waduhhhh, malang sekali nasibnya. Endk apa-apa, pengalakan hidup
Hahaha iya.